Peneliti
Widy Susanti Abdulkadir
Jenis Penelitian
Penelitian Dasar Keilmuan
Sumber Dana
PNBP/BLU
Abstrak
Secara empiris teripang laut (Holothuria scabra) telah digunakan oleh masyarakat Gorontalo sebagai obat kanker. Ekstrak murni teripang mempunyai kecenderungan menghasilkan holotoksin yang efeknya sama dengan antimicyn dengan kadar 6,25 – 25 ?g/mL.
Dilain pihak, terbatasnya obat pemacu sistem imun untuk melawan penyakit kanker dewasa ini adalah akibat efektivitas obat yang rendah dan efek toksik yang relatif fatal. Interleukin-2 (IL-2) dan tumor necrose factor-? (TNF-?) merupakan dua sitokin utama dalam melawan kanker. Obat yang mampu memacu aktivitas limfosit dan makrofag dalam memproduksi kedua sitokin tersebut diharapkan dapat menjadi obat kanker yang efektif. Oleh karena itu, teripang laut perlu dilakukan pengujian sitotoksik LC50 dan LD50 secara in vivo.
Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Uji sitotoksik dengan menggunakan BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematian larva udang (Artemia salina) akibat pengaruh ekstrak metanol teripang laut. Hasil uji dinyatakan sebagai LC50, dinyatakan bersifat toksik/aktif terhadap larva udang (Artemia salina) bila ekstrak teripang laut tersebut memiliki LC50 < 1000 µg/mL dan berpotensi sitotoksik setelah itu menentukan lethal doses (LD50) dari kematian hewan coba mencit dengan melihat efek toksisitas pada mencit dengan mengamati gejala gejala toksik pada pemberian dosis tertentu dari ekstrak metanol teripang laut.
Berkas ini telah didownload sebanyak 1179 kali