SKRIPSI

Penulis / NIM
PANDI M. TANGGALANG / 231411011
Program Studi
S1 - PENDIDIKAN SEJARAH
Pembimbing 1 / NIDN
Prof. Dr. RAUF A HATU, M.Si / 0016126307
Pembimbing 2 / NIDN
LUKMAN DADI KATILI, S.Ag, M.Th.I / 0005077211
Abstrak
ABSTRAK Pandi Tanggalang: NIM: 231 411 011"Tinangkung Dalam Perpektif Sejarah Multikultural". Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Gorontalo. Pembimbing I Dr. H. Rauf. A. Hatu, M.Si dan Pembimbing II Lukman Dadi Katili, SAg, M.ThI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Sejarah Kecamatan Tinangkung Dalam Perpektif Sejarah Multikultural. Menceritakan kejadian terbentuknya Kecamatan Tinangkung dan perkembangan Kecamatan Tinangkung Masalah bagaimana sejarah pembentukan dan perkembangan Kecamatan Tinangkung serta bagaimana dinamika masyarakat Multikultural di Kecamatan Tinangkung. Dengan banyaknya keragaman suku yang ada di Kecamatan Tinangkung dapat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Masalah dalam penelitian ini ialah kurangnya bukti-bukti sejarah yang menceritakan tentang Sejarah Multikultural. Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian metodologi sejarah, pendekatan Sejarah, Sosial, Budaya. yaitu penelitian yanag menceritakan bagaimana sejarah pemebentukan dan perkembangan Kecamatan Tinangkung dan juga meneuliskan bagaimana dinamika masyarakat multikultural di Kecamatan Tinangkung. Hasil penelitian ini adalah mengetahui bagaimana sejarah pembentukan dan perkembangan Kecamatan Tinangkung dan bagaimana di namika masyarakat multikultural di Kecamatan Tinangkung. Sebelum muncul nama dan Tinangkung, tanah Bakambang sudah terkenal terlebih dahulu, tanah Bakambang adalah suatu daratan luas yang terletak dekat bungkuko bunga kurang lebih 9 km jarak dari desa Tungabe ke tempat itu. Selanjutnya ketika wilayah telah dibagi dua dan berhubung pula basalo Tandang Muli Muli sudah tua maka kedua wilayah diserahkan kepada putranya dengan pembagian masing-masing sebagai berikut, Mandura sebagai basalo dibagian barat sedangkan Mindura sebagai basalo dibagian timur. Sesuai adat dan kepercayaan saat itu setiap pimpinan baru harus dimandikan dahulu kemudian disumpah atau tinotoan (istilah bhs. Banggai). Inilah cara pelantikan adat pada masa itu. Adapun tempat kedua basalo dimandikan yaitu di hulu kuala Poposon didudukan diatas sebuah batu yang berbentuk kursi sehingga tempat itu diberi nama mongodudukan atau mansauan basalo. Sesudah pelaksanaan pelantikan adat tersebut lalu basalo Mandura di pikul (Tinangkung) oleh sebagian kecil penduduk yang dianggap keturunan basalo. Kata Kunci: Tinangkung Multikulturalisme.
Download berkas

ARSIP

2024
Skripsi tahun 2024
2023
Skripsi tahun 2023
2022
Skripsi tahun 2022
2021
Skripsi tahun 2021
2020
Skripsi tahun 2020
2019
Skripsi tahun 2019
2018
Skripsi tahun 2018
2017
Skripsi tahun 2017
2016
Skripsi tahun 2016
2015
Skripsi tahun 2015
2014
Skripsi tahun 2014
2013
Skripsi tahun 2013
2012
Skripsi tahun 2012
2011
Skripsi tahun 2011