SKRIPSI

Penulis / NIM
SELVI SANGGILA / 153412040
Program Studi
S1 - PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Pembimbing 1 / NIDN
SAMSIAH, S.Pd., M.Pd / 0010117308
Pembimbing 2 / NIDN
Dr SETIYO UTOYO, M.Pd / 0022087203
Abstrak
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN MEWARNAI TEKNIK GRADASI KELOMPOK B DI TK ALAM III KECAMATAN TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO SELVI SANGGILA 153 412 040 Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Selvi Sanggila. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Halus Anak Dengan Mewarnai Teknik Gradasi Kelompok B Di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Samsiah, S.Pd, M.Pd, dan Pembimbing II Dr. Setiyo Utoyo, M.Pd. Masalah dalam penelitian adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif dengan jenis penelitian Kualitatif. Data penelitian yaitu berupa jawaban hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Sumber Data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari informan sekolah yaitu kepala sekolah dan guru-guru. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi yaitu Faktor Internal Diantaranya : a). Kemampuan anak untuk bereksplorasi dengan unsur-unsur warna. b). Membentuk kombinasi baru. Sedangkan Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Diantaranya :a). Kebebasan anak dalam mewarnai gambar. b). Sarana atau fasilitas dalam mewarnai gambar. Kata Kunci : Motorik Halus, Mewarnai, Teknik Gradasi PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan motorik halus anak berlangsung dengan kurang cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat lelah dalam kegiatan sehari-harinya dengan dunia bermain mereka yang membutuhkan gerak otot-ototnya yaitu motorik halus. Dalam hal ini diharapkan guru maupun oran tua mampu untuk mengarahkan dunia bermain mereka dengan kegiatan motoriknya yang akan meningkatkan kemampuan motorik halus yang ada dalam diri anak, agar senantiasa kemampuan motorik halusnya itu berkembang sesuai dengan perkembangan motorik anak usia dini melalui pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan penjelasan tersebut kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi tidak mudah seperti yang kita pikirkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya kemampuan sehingga anak tidak dapat berkreasi sendiri dan menghasilkan produk yang tidak orisinal. Hal ini diduga di sebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Dimana faktor internal yang terdapat dalam setiap diri anak, sedangkan faktor eksternal yang terdapat pada luar individu. Kurangnya sarana atau fasilitas dalam mewarnai, kemungkinan hal inilah yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. Dalam proses kegiatan mewarnai, guru menyediakan alat dan bahan. Serta memberikan petunjuk bagi anak bagaimana cara mewarnai teknik gradasi yang baik, kegiatan mewarnai akan memberikan kepuasan dan menyenangkan untuk anak apabila anak diberikan kesempatan secara bebas dalam mengekpresikan dirinya. Guru harus memandang dan menilai hasil kegiatan mewarnai dari sudut pandang anak. Untuk itu guru perlu memberikan penguatan apa yang dilakukan anak dalam mewarnai agar dapat mengasah kemampuannya Suratno (2005:126). Kemampuan motorik halus anak didasarkan bagaimana lingkungan memperlakukan anak. Anak akan belajar dari lingkungan yang memperlakukannya baik itu dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah terutama dilingkungan keluarga anak ini orang tua lebih mengutamakan atau berfokus pada kemampuan motorik halus anak. Orang tua beranggapan bahwa dengan melatih kemampuan motorik halus anak, kemampuan motorik halus anak lebih menonjol atau lebih sering terlihat seperti anak mewarnai gambar dengan mencampurkan berbagai macam warna yang ia sukai. Hal ini dapat membawa pengaruh postif bagi tumbuh kembang anak. Gerakan kemampuan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting. Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian otot tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu, gerakan kemampuan motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan kemampuan yang cermat serta teliti. Koordinasi mata dan tangan yang semakin baik dalam kegiatan mewarnai teknik gradasi, keterampilan dan kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Kemampuan motorik halus yang baik, yang dimiliki anak akan membawa anak ketahap kepuasaan diri atas kemampuannya. Untuk itu, anak perlu diberikan perlakuan yang tepat terhadap motoriknya. Dengan memberikan kegiatan yang sesuai dengan usia anak, kegiatan yang diberikan mengarah pada pengenalan kegiatan serta memberi kesempatan untuk mengalami kegiatan secara langsung. Anak yang berusia 5 tahun-6 tahun, koordinasi kemampuan motorik halus anak lebih meningkat, tangan, jari, dan lengan semuanya bergerak sama dengan koordinasi gerakan matanya. Seperti saat anak membuat gambar dan kemudian gambar tersebut diwarnai dengan berbagai macam warna sesuai yang ia impikan, anak dengan cepat menggunakan tangan, lengan dan jarinya untuk menyusun dan menggunakan mata bergerak terkoordinasi secara bersamaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan mewarnai teknik gradasi, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak, sehingga anak belum mampu mengkoordinasikan gerakan mata dengan gerakan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. Seperti dalam hal kegiatan mewarnai dengan teknik gradasi. Upaya yang dilakukan guru maupun orang tua untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan memberikan dorongan dan motivasi terhadap kemampuan anak. Disinilah peran guru maupun orang tua sangat penting sebagai faktor penggerak atau pemicu semangat belajar anak. Jika rasa ingin tahu, minat dan motivasi anak tidak ada atau lemah, maka akan menghambat kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan pengamatan awal di TK Alam III Kelompok B Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo menunjukan bahwa anak-anak memiliki kemampuan motorik halus yang masih rendah, misalnya dalam aktivitas mewarnai teknik gradasi anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada anak yang mampu mewarnai sendiri dengan kombinasi warna yang menarik, ada pula anak yang mewarnai masih dibantu guru, selain itu anak belum mampu dan berani mengungkapkan ide-ide yang ada dalam pikirannya melalui mewarnai, sehingga anak belum dapat mengkombinasikan macam-macam warna dan belum mampu menghasilkan karya sendiri. Hal tersebut peneliti dapatkan dalam observasi awal di Kelompok B TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo dari 20 anak yang mampu mengembangkan kemampuan motorik halusnya dalam kegiatan mewarnai teknik gradasi ada 5 anak dan 15 anak belum mampu mengembangkan kemampuan motorik halusnya dalam kegiatan mewarnai teknik gradasi. Melihat permasalahan tersebut maka layak kiranya peneliti tertarik untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Halus Anak Dengan Mewarnai Teknik Gradasi Kelompok B Di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, sehingga guru dapat mengetahui kemampuan motorik halus anak sejak dini. Target penelitian ini yaitu anak-anak bisa berkreasi dalam mencampurkan berbagai macam jenis warna dan akan menghasilkan perubahan-perubahan warna secara bertahap sehingga kecerdasan anak serta kemampuan yang mereka miliki dapat bertumbuh dan menjadi anak-anak yang lebih cerdas. Mewarnai teknik gradasi dapat membuat anak-anak lebih mengingat akan sesuatu hal karena aktivitas ini ia diminta untuk mewarnai sesuatu dan menceritakan apa yang sudah ia warnai, bukan hanya sekedar membaca dan menghafal apa yang sudah ada secara berulang-ulang. Dengan cara ini, mereka dapat melatih gerakan motorik halusnya sekaligus mengeksplorasi kreatifitas serta fungsi kerja otak si kecil. Melihat permasalahan tersebut maka kiranya peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi kelompok B di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditulis identifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Kebebasan anak mengembangkan kemampuaan motorik halus dalam mewarnai teknik gradasi masih memiliki hambatan. 2. Sarana atau fasilitas belum tersedia. 3. Kemampuan motorik halus anak yang berbeda-beda. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pokok masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yakni faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi kelompok B di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo?. 1.4 Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi kelompok B di di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang di harapkan adalah sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoretis a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membentuk sikap ilmiah para peneliti. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Memotivasi Guru mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam seni mewarnai teknik gradasi dalam proses belajar serta mengetahui potensi setiap anak. 2. Guru dapat mengetahui anak yang mengalami kesulitan mewarnai teknik gradasi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. 3. Untuk menambah wawasan peneliti sebagai calon guru sehingga telah memiliki pengalaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak. KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Kemampuan Motorik Halus 2.1.1 Kemampuan Motorik Usia 5 tahun pada anak usia dini sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang pesat. Masa usia dini, kemampuan anak sangat terlihat salah satunya yaitu kemampuan fisik dan motorik. Kemampuan motorik berhubungan dengan gerakan otak, setiap gerakan yang dilakukan oleh anak, walaupun gerakan tersebut sederhana tetap menghasilkan pola interaksi yang kompleks dari bagian sistem tubuh yang dikotrol oleh otak. Otak menjadi pusat dari bagian tubuh yang mengatur semua aktivitas motorik anak usia dini, seperti yang dikatakan oleh Sujiono (2010:13), bahwa Kemampuan motorik adalah perkembangan dari unsur kematangan dan pengedalian gerak tubuh. Hal yang sama dikemukakan oleh Hurlock (2010:150), kemampuan motorik adalah perkembangan yang mengendalikan gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Sedangkan menurut Wiyani (2014:35), menyatakan bahwa kemampuan motorik adalah perubahan bentuk tubuh pada anak usia dini yang berpengaruh terhadap kemampuan gerak tubuh dan gerakan yang harus dilakukan oleh seluruh tubuh. Gerak motorik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkah laku anak sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh Schmidi (Decaprio:2013:17), Kemampuan motorik adalah serangkaian proses pembelajaran yang berhubungan dengan praktik atau pengalaman yang mengarah kepada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan dan menanggapi sesuatu. Hal yang sama dikatakan oleh Sujiono (2010:19), mengemukakan bahwa Kemampuan motorik anak yang dilakukan secara optimal akan mempengaruhi pertumbuhan fisik motorik secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Sedangkan menurut Corbin (Sumantri:2005:48), mengemukakan bahwa kemampuan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi hingga dewasa yang melibatkan aspek perilaku dan kemampuan gerak. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik adalah gerakan yang dilakukan oleh anak sebagai proses belajar dimana anak langsung praktek dan melakukan aktivitas secara langsung, dari kegiatan yang dilakukan secara langsung anak mendapatkan pengalaman yang baru. Oleh sebab itu, kemampuan motorik yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap perilaku anak sehari-hari. 2.1.2 Kemampuan Motorik Halus Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot kecil untuk diperlukan sesuatu kegiatan yakni, otot-otot jemari tangan menurut Jamaris (2006:8) pada usia 5 atau 6 tahun, koordinasi gerakan anak berkembang dengan pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan motorik seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan gerakan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan. Seperti menggambar, menulis, mewarnai, menjalin, menganyam, menggunting, dan lain sebagainya. Kemampuan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerak motorik halus. Hal ini berkaitan dengan aktivitas meletakan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Masa usia dini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, aktivitas tersebut dapat dilihat saat anak menyusun atau membuat bangunan dari mainan. Hal tersebut sesuai apa yang dikatakan oleh Decaprio (2013:20), bahwa kemampuan motorik halus di sekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Hal yang sama juga dikatakan oleh Sumantri (2005:143), kemampuan motorik halus anak adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari, dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan serta menggunakan koordinasi mata dan tangan. Sedangkan menurut Sujiono (2010:117), mengatakan bahwa kemampuan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian- bagian tubuh tertetu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan. Kemampuan motorik halus anak tidak pernah lepas dari gerakan jari-jari tangan yang menggunakan otot kecil serta digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh Samsudin (2008:15), kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot kecil, seperti menyusun mainan dan membuat menara. Hal yang sama juga dikatakan oleh Suntrock (2007:216), menyatakan bahwa kemampuan motorik halus merupakan keterampilan yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus seperti keterampilan tangan. Sedangkan menurut Jamaris (2005:7), mengatakan bahwa kemampuan motorik halus anak usia Taman Kanak-Kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus,dalam hal ini berkaitan dengan memegang atau meletakan suatu objek dengan menggunakan jari-jari tangan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus merupakan aktivitas yang dilakukan oleh anak setiap hari, dan gerakan yang menggunakan keterampilan tangan dengan menggunakan tenaga yang halus serta aktivitas yang dilakukan anak setiap harinya yaitu menggunakan otot halus. 2.2 Tujuan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Sebelum melakukan kegiatan motorik, guru seharusnya mengetahui tujuan dari kemampuan motorik halus, dengan mengetahui tujuan dari kemampuan motorik anak, maka dapat melatih kemampuan motorik baik kemampuan motorik kasar maupun kemampuan motorik halus. Seperti yang dikemukakan oleh Sujiono (2010:210), bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-Kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral, dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik. Selain kemampuan motorik halus memiliki tujuan, kemampuan motorik halus juga memiliki kompetensi dasar yang digunakan oleh anak usia dini agar anak lebih mudah untuk melanjutkan sekolah ke Taman Kanak-Kanak. Seperti yang dikatakan oleh Sujiono (2010:210-211), adanya kompetensi dasar kemampuan motorik halus anak usia dini yang diharapkan mampu membuat anak memasuki sekolah Taman Kanak-Kanak yaitu : (a). melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dalam persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan, dan melatih keberanian. (b). mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi serta menggunakan berbagai media menjadi suatu karya seni. Tujuan tidak hanya untuk kemampuan motorik, namun tujuan tersebut mengfokuskan pada kemampuan motorik halus anak usia dini. Pada dasarnya setiap aktivitas motorik halus yang dilakukan oleh anak usia dini sebagai usaha yang harus mempunyai tujuan. Seperti yang dikatakan oleh Nuryani (2005:11), menyebutkan tujuan yang dicapai untuk kemampuan motorik halus anak yaitu : (a). mengembangkan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. (b). memperkenalkan gerakan jari seperti menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang. (c). mampu mengkoordiasikan kecepatan, kecakapan tanpa dengan gerakan mata. (d). penguasaan emosi. Hal yang sama dikatakan oleh Sumantri (2015:146), menyebutkan adanya tujuan kemampuan motorik halus anak usia 4-6 tahun yaitu : (a). anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. (b). mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari. (c). mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan. (d). mampu mengendalikan emosi dan beraktivitas motorik halus. Sementara itu menurut Puskur (Balitbang Depdiknas 2006 : 5) menyatakan bahwa tujuan kemampuan motorik halus di usia 4 sampai 6 tahun adalah anak : (a). mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. (b). mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda. (c). mampu mengkordinasikan indra mata dan aktivitas tangan. (d) mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas kemampuan motorik halus. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik tidak lepas dari gerakan fisiknya, kemampuan motorik yang dilakukan oleh anak yaitu gerakan yang memerlukan aktivitas tubuh melalui gerakan yang terkoordinasikan antara pusat syaraf dan otot, serta memerlukan kematangan dalam suatu gerakan. Kemampuan motorik ini terdapat dua gerak yaitu gerak motorik kasar dan gerak motorik halus 1.3 Fungsi Kemampuan Motorik Halus Motorik halus yang dilakukan oleh anak usia dini tidak sekedar aktivitas dalam sehari-hari, namun aktivitas tersebut membuat anak mampu mengfungsikan anggota tubuh yang berhubungan dengan motorik halus kedalam suatu kegiatan, sehingga kemampuan motorik halusnya tercapai dengan optimal. Oleh sebab itu, anak tidak hanya diberikan kegiatan yang semata-mata untuk aktivitas saja, tetapi kegiatan yang diberikan harus mencakup fungsi gerak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini yang diungkapkan oleh Sumantri (2005:146), mengatakan bahwa fungsi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 4-6 tahun diantarannya sebagai berikut : (a). mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak dua tangan. (b). mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan jari-jemari seperti menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda. (c). mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan. (d). mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Sedangkan menurut Nuryani (2005:12), fungsi kemampuan motorik halus di Taman Kanak-Kanak yaitu : (a). sebagai alat untuk melatih ketelitian dan kerapian. (b). sebagai alat untuk mengembangkan fantasi dan kreativitas. (c). sebagai alat untuk memupuk pengamatan, pendengaran dan daya fikir. (d). sebagai alat untuk melatih motorik halus anak. (e). sebagai alat untuk mengembangkan imajinasi anak. (f). sebagai alat untuk mengenalkan cara mengekpresikan diri melalui ciptaannya dengan menggunakan teknik yang telah dikuasai. (g). sebagai alat untuk melatih kerja sama dan tenggang rasa dengan teman. 1.4 Prinsip-Prinsip Kemampuan Motorik Halus Prinsip-prinsip kemampuan motorik halus anak menurut MS. Sumantri (2008:148) bahwa pendekatan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut : a) Berorientasi pada kebutuhan Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan baik fisik maupun psikis. b) Belajar sambil bermain Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini (5-6 tahun) hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna. c) Kreatif dan Inovatif Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. d) Lingkungan Kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. e) Tema Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, dan menarik minat anak. f) Mengembangkan keterampilan hidup Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu pertama memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin dan sosialisasi, kedua memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang selanjutnya. g) Menggunakan Kegiatan Terpadu Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan berajak dari tema yang menarik minat anak (center of interst). h) Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak Kegiatan pengembangan hendaknya memperhatikan prinsip bahwa siklus belajar anak selalu berulang serta melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lain, ia akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasakan aman tentram secara psikologis. Depdiknas (2007:12-13) mengemukakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak secara optimal perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut : 1) Memberikan kebebasan ekspresi pada anak. Ekspresi ialah proses pengungakapan perasaan dan jiwa secara jujur dan langsung dari dalam diri anak. 2) Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar merangsang anak kreatif. Kreatifitaserat kaitanya dengan fantasi (daya khayal), karena itu perlu diaktifkan dengan cara membangkitkan tanggapan melalui pengamatan dan pengalamannya perlu dialokasikay waktu, tempat dan media yang cukup. 3) Memberikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik atau cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media. Saat melakukan kegiatan motorik halus anak perlu mendapatkan contoh dalam menggunakan berbagai alat atau berbagai macam media yang digunakan. 4) Menumbuhkah keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak. Ketika anak melihat hasil karyanya jangan memberikan komentar negatif kepada anak, begitu juga jangan menggunakan kata-kata yang membatasi anak berupa larangan. Hal begitulah yang membuat anak berkecil hati, kurang percaya diri dengan kemampuannya. 5) Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan, yaitu perlu memperhatikan apa dan bagaimana bimbingan dan stimulasi yang dapat diberikan kepada anak sesuai dengan usia perkembangannya. 6) Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak, karena anak akan melakukan kegiatan dengan seoptimal mungkin jika ia berada dalam kondisi psikologis yang baik, yaitu dalam suasana yang menyenangkan dalam setiap kegiatan dengan hasil karya motorik halus yang baik. 7) Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan, yaitu dalam mengembangkan kegiatan motorik halus orang dewasa perlu memberikan perhatian yang memadai terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertengkaran memperebutkan alat berkarya, atau kegagalan membuat karya atau bahkan kecelakaan ketika anak tidak berhati-hati menggunakan alat seperti gunting. 1.5 Karakteristik Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Karakteristik kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan mewarnai dikemukakan dalam Permen Dikbud Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini terdiri dari : (a). menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, spidol dan bahan-bahan alam) dengan rapi. (b). menggambar bebas dari bentuk dasar titik garis, lingkaran, segitiga, segiempat. (c). menggambar orang dengan lengkap dan provesional. (d). permainan warna dengan berbagai media misalnya krayon, cat air, dll. (e). memegang pensil warna dengan benar (antara ibu jari dan 2 jari). (f). membuat berbagai macam coretan. (g). mewarnai bentuk gambar sederhana. (h). mewarnai benda tiga dimensi dengan berbagai media 2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Halus Kemampuan gerak motorik halus akan berpengaruh pada pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses pertumbuhhan motorik halus. Kartini Kartono (2010:21), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak sebagai berikut : (a). faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan). 1) Faktor lingkungan yang mengutungkan atau merugikan kematangan fungsi -fungsi organis dan fungsi psikis. 2) Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan, punya emosi serta mempunyai usaha untuk membangun diri sendiri. Rumini dan Sundari (2009:24-26) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat kemampuan motorik halus antara lain: a) Faktor Genetik Individu mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang perkembangan motorik misal otot kuat, syaraf baik, dan kecerdasan yang menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi baik dan cepat. b) Faktor kesehatan pada periode prenatal Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin dapat membantu memperlancar perkembangan motorik anak. c) Faktor kesulitan dalam melahirkan Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya dalam perjalanan kelahiran dengan menggunakan bantuan alat vacuum, tang, sehingga bayi mengalami kerusakan otak dan akan memperlambat perkembangan motorik bayi. d) Kesehatan dan Gizi Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca melahirkan akan mempercepat perkembangan motorik bayi. e) Rangsangan Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik bayi. f) Perlindungan Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk bergerak misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak boleh dan akan menghambat perkembangan motorik anak. g) Prematur Kelahiran sebelum masanya disebut premature biasanya akan memperlambat perkembangan motorik anak. h) Kelainan Individu yang mengalami kelainan baik fisik maupun psikis, social, mental biasanya akan mengalami hambatan dalam perkembangannya. i) Kebudayaan Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan anak putri naik sepeda roda tiga. Poerwanti Endang dan Widodo Nur, (2005:56-57) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas kemampuan anak di tentukan oleh : a) Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu itu sendiri yang meliputi pembawaan, potensi, psikologis, semangat belajar serta kemampuan khusus. b) Faktor Eksternal Faktor eksternal adala faktor yang berasal dari lingkungan luar diri anak baik yang berupa pengalaman teman sebaya, kesehatan dan lingkungan. Sedangkan pendapat Endang Rini Sukamti (2007:47) bahwa kondisi yang mempunyai dampak paling besar terhadap laju kemampuan motorik halus diantaranya : 1) Sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik. 2) Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidak mengutungkan dan semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak. 3) Kelahiran yang sukar khusunya apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik. 4) Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu lebih mendorong perkembangan motorik anak yang lebih cepat pada pasca lahiran ketimbang kondisi pra lahiran yang tidak menyenangkan. 5) Seadainya tidak ada gangguan lingkungan maka kesehatan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahiran akan mempercepat perkembangan motorik anak. 6) Anak yang IQ tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang IQnya normal atau dibawah normal. 7) Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik anak. 8) Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan untuk berkembanganya kemampuan motoriknya. 9) Cacat fisik seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik anak. Berdasarkan pendapat-pendapat dari beberapa ahli maka dapat disimpulkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motorik halus tidak lepas dari sifat dasar genetik serta keadaan pasca lahir yang berhubungan dengan pola perilaku yang biberikan kepada anak serta faktor internal dan eksternal yang ada disekililing anak dan pemberian gizi yang cukup. 2.7 Hakikat Mewarnai Teknik Gradasi 2.7.1 Mewarnai Teknik Gradasi Kesenian merupakan salah satu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan perseptif yaitu kesadaran akan warna, bentuk, rupa, garis, dan tekstur. (Seefeldt 2008:263). Kesadaran akan seni bagi berperan sebagai bentuk mengungkapkan perasaan-perasaan melalui berbagai kesenian, diantaranya seni mewarnai gambar. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak dimana anak dapat mewarnai sendiri, mengenal, membedakan dan mencampurkan macam-macam warna dan menghasilkan karya yang kreatif. Teknik membuat gradasi adalah perubahan secara bertahap dari warna gelap ke warna terang, dari warna primer ke sekunder dan sebaliknya. Gradasi warna digunakan untuk menghasilkan kesan tiga dimensi. Cara membuat gradasi warna menggunakan pastel saa dengan alat pewarna lainnya. Dalam membuat gradasi, menggunakan paling sedikit tiga warna. Lebih banyak warna, hasil gradasinya juga akan lebih bagus. Ada beberapa teknik membuat gradasi warna, yaitu dari bawah ke atas, dari samping, dari luar ke dalam dari dalam ke luar, selang-seling, dan menggunakan tangan. (Olvista 2011:28). Efek penting dari aktivitas mencampurkan warna, menurut pendapat dari Rachmawati (2010:85), mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berbuat kreatif, bahkan mampu mengembangkan kemampuan daya kreativitas dalam mengungkapkan nilai-nilai estetika dengan mengembangkan karya-karya kreatif. Sedangkan menurut Usman (2010:73-75), berpikir kreatif yaitu berpikir yang memproyeksikan solusi kreatif, kombinasi dan ide yang bisa memperbaiki suatu situasi. Berpikir kreatif juga yaitu menuliskan ide apa saja yang muncul, mengembangkan seluas-luasnya serta jangan menahan imajinasi. Kegiatan mewarnai teknik gradasi warna juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menstimulus kemampuan motorik halus anak. Selain itu sangat bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas melalui kegiatan mewarnai yang dimiliki anak, kegiatan mewarnai dapat merangsang anak untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya melalui macam-macam warna yang disediakan. Mewarnai sangat identik dengan kegiatan bermain anak, sehingga kebanyakan anak dapat menyalurkan idenya kedalam suatu gambar. Anak yang kreatif dengan mewarnai yaitu anak yang mampu menuangkan ide-idenya dalam suatu gambar, mandiri dalam mengerjakan tugasnya serta dapat mengekspresikan diri dalam mewarnai teknik gradasi. Apabila anak tidak diberi kebebasan dan kesempatan dalam melakukan sesuatu maka anak akan bersikap seperti orang ketakutan dalam mengungkapkan perasaan maupun idenya sehingga anak tidak mampu menghasilkan karya yang kurang kreatif. Menurut Pamadhi dan Sukardi (2010:74) kegiatan mewarnai akan mengajak kepada anak bagaimana mengarahkan kebiasaan-kebiasaan anak dalam mewarnai dengan spontan menjadi kebiasaan-kebiasaan menuangkan warna yang mempunyai nilai pendidikan. Mewarnai teknik gradasi merupakan salah satu pembelajaran seni, pembelajaran seni bermanfaat untuk mengembangkan estetika, kreativitas dan untuk mengekspresikan diri. Schickedanz, dkk (Hawadi 2001:45) mengemukakan ada beberapa fungsi dalam pembelajaran seni mewarnai teknik gradasi bagi anak TK yaitu : a) sebagai media untuk mengekspresikan diri, b) mengembangkan estetika, c) mengembangkan kemampuan motorik halus, d) mengembangkan kemampuan koordinasi, e) mengembangkan persepsi, f) mengembangkan kreativitas daya pikir dan daya cipta. Dari pengertian tersebut anak diharapkan dapat mewarnai teknik gradasi dengan mengkombinasikan macam-macam warna yang mengandung estetika, mengekspresikan diri terhadap sesuatu yang baru dilihatnya, ketepatan mewarnai gambar, berpikir sendiri untuk menciptakan suatu karya. 2.7.2 Tahap-Tahap Mewarnai Anak Usia 5-6 Tahun Anak usia 5-6 tahun sedang memasuki tingkat seni berpikir membuat lambang, maka mewarnai adalah satu-satunya kegiatan seni yang paling penting. Pada usia ini anak mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan kendali atas alat-alat gambar akan mulai mewarnai gambar dengan menggunakan bermacam media. Kebanyakan diusia ini anak mampu menghadirkan apa yang mereka tahu kedalam suatu gambar yang memperlihatkan hubungan dengan lingkungannya.(Seefeldt 2008: 279) Menurut Wolfe dan Perry (Seefeldt 2008:268) tingkat kesenian bagi anak usia 5-7 tahun yaitu berusaha skematis dan sangat konvensional untuk memberi realitas mendominasi gambar karya anak. Diusia ini anak mulai bisa mengembangkan hal-hal berikut; a) kesadaran akan berbagai seni visual, teknik dan proses, b) pengetahuan tentang struktur seni visual dan fungsi dengan menggunakan media dalam kreasi mereka, c) penggunaan sederetan bahan pelajaran, lambang, dan ide, d) kemampuan memikirkan dan berpikir mendalam mengenai kekhasan karya mereka dengan orang lain, e) hubungan antara kesenian visual dengan pelajaran lain. Dari beberapa pendapat diatas, anak usia 5-6 diharapkan dapat menemukan teknik atau cara baru untuk mengungkapkan idenya, gambar yang dihasilkan terstruktur atau teratur sesuai dengan kreasinya, mengekspresikan diri saat mewarnai, dan memiliki kebebasan ruang dan waktu dalam mengembangkan imajinasi anak. Hal ini dapat dilihat pada saat anak melakukan kegiatan mewarnai dengan menggunakan berbagai media dan teknik yang bertujuan untuk mengembangkan daya cipta atau kemampuan motorik halus anak. 2.7.3 Manfaat Mewarnai Teknik Gradasi Dalam kegiatan bermain seperti mewarnai teknik gradasi betujuan untuk menyenangkan hati anak, mengungkapkan perasaannya melalui warna-warna yang telah disediakan. Ada beberapa manfaat dari mewarnai teknik gradasi yaitu: a) anak-anak dapat mengekspresikan perasaannya serta gagasannya, b) dapat membangun rasa percaya diri anak, c) anak belajar mengenal warna, bentuk, tekstur, dan bahan yang berbeda-beda, d) penggunaan alat yang beragam dapat membantu mereka menguasai keterampilan koordinasi. (Young 2008:9). Manfaat aktivitas mewarnai teknik gradasi bagi anak sangatlah penting untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam menggunakan warna. Sehingga kita sebagai seorang guru atau orang tua perlu memotivasi, mendukung pendapat anak dengan cara membiarkan anak dalam berkreasi sendiri sejak dini. Anak yang memiliki kebebasan berkreasi akan menjadikannya sebagai dirinya sediri dalam berfikir terampil dalam mewarnai, selain itu mewarnai sangatlah penting untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya lewat warna-warna yang ditorehkan. Adapun manfaat-manfaat lain dalam mewarnai teknik gradasi yaitu media untuk berekspresi, membantu mengenal perbedaan warna, melatih anak memegang alat tulis dengan benar, melatih kemampuan koordinasi, mengembangkan motorik, meningkatkan konsentrasi, melatih anak mengenal detail objek, dan melatih anak membuat target dikemukakan oleh Olvista (2011:28). Akhirnya secara keseluruhan mewarnai teknik gradasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir, bersikap, dan bertindak tentang sesuatu dengan cara yang baru, untuk memecahkan berbagai masalah berdasarkan imajinasi. Sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang bermanfaat. Apabila dikaitkan dalam mewarnai teknik gradasi, kemampuan motorik halus anak sangat berpengaruh dalam kegiatan mewarnai anak. Kemampuan motorik halus dalam mewarnai memerlukan keterampilan berfikir dalam menemukan sesuatu yang baru. Dari kegiatan ini anak bisa berfikir dalam menorehkan setiap warna yang digunakan dalam mewarnai, hal ini dapat menimbulkan ide-ide baru yang bermanfaat untuk menjadi anak yang kreatif. 2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kemampuan Motorik Halus Dengan Mewarnai Teknik Gradasi Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatif anak memerlukan perhatian penuh untuk mewujudkannya. Motivasi atau dorongan dari dalam maupun dari luar individu diperlukan sebagai perwujudan kreativitas anak. Dalam kegiatan mewarnai gambar anak memiliki kesempatan untuk mengekpresikan perasaan-perasaannya serta dapat mengembangkan imajinasinya. Kemampuan Motorik halus dalam kegiatan mewarnai gambar akan berkembang apabila diberikan motivasi dari dalam maupun dari luar individu. Akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus dalam kegiatan mewarnai gambar teknik gradasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus dalam kegiatan mewarnai gambar teknik gradasi (Munandar 2009:291), yaitu : a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri setiap individu. Diantaranya kemampuan anak untuk bereksplorasi dengan unsur-unsur warna, serta membentuk kombinasi baru. b) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Diantaranya kebebasan anak dalam mewarnai gambar, serta sarana atau fasilitas dalam mewarnai gambar Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa kemampuan motorik halus anak akan berkembang apabila guru maupun orang tua mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus dalam kegiatan mewarnai teknik gradasi, sehingga guru maupun orang tua dapat memotivasi dan menstimulus kemampuan motorik halusnya dalam kegiatan mewarnai teknik gradasi sejak dini. 2.9 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan pertama dilakukan oleh Apri Tri Sulastri (2014) dengan skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Motorik Halus melalui Kegiatan Mozaik Pada Anak Kelompok B di TK Pamardisiwi Muja Muju Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan menggunakan modifikasi model Kemmis dan Mc Taggart. Objek penelitian ini adalah keterampilan motorik halus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak kelompok B TK Pamardisiwi Muja Muju dapat ditingkatkan melalui kegiatan Mozaik. Peningkatan keterampilan motorik halus anak dapat dilihat pada hasil penelitian pratindakan diperoleh 33,3% atau 5 dari 15 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik. Pada siklus I diperoleh 73,33% atau 11 anak dari 15 anak yang yang berada pada kriteria berkembang sangat baik. Pada siklus II diperoleh 93,33% atau 14 anak dari 15 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik. Penelitian dihentikan sampai siklus II karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan indikator yaitu minimal 80% dari 15 anak motorik halusnya berkembang sangat baik. Penelitian yang relevan kedua dilakukan oleh Nurul Fadhilah (2015) dengan skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mewarnai di Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun Bambanglipuro Bantul. Penelitian ini penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan subjek penelitian adalah anak-anak kelompok B berjumlah 16 anak dengan objek kemampuan motorik halus. Analisis data menggunakan penelitian kuantitatif. Hasil observasi kemampuann motorik halus sebelum tindakan rata-rata persentase sebesar 64,58% dengan kriteria BSH, mengalami peningkatan sebesar 3,65% pada siklus I berada pada kriteria BSH, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,72% menjadi BSH. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan dan mencapai indikator keberhasilan lebih dari 75% dengan kriteria berkembang sangat baik. Peneliti ini mengangkat kembali penelitian tersebut dengan menggunakan metode penelitian deskriftif dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi kelompok B di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan yakni pada metode penelitian dan jenis penelitian. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada dimensi yang akan dikembangkan sesuai dengan kemampuan motorik halus anak. METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena berdasarkan observasi awal peneliti melihat kemampuan motorik halus anak dalam mewarnai gambar masih rendah, berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo memiliki 2 ruangan dimana 1 ruangan untuk ruangan kepala sekolah dan tata usaha, 1 ruangan lagi untuk ruangan kelas B. Di dalam kelas didampingi oleh tiga guru serta dilengkapi dengan alat permainan diluar kelas seperti putaran, ayunan, dan mainan lainnya. 3.1.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian Waktu penelitian di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo dilakukan selama kurang lebih 1 (satu) bulan dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 (dua) bulan. Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian No Kegiatan Penelitian Bulan Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan proposal 2 Seminar proposal 3 Revisi proposal 4 Pengurusan surat izin meneliti 5 Melakukan penelitian 6 Penyusunan hasil penelitian 3.2 Metode Dan Jenis Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. Untuk itu peneliti menggunakan metode deskriftif kualitatif, dimana peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan anak maupun guru dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. 3.2.2 Jenis Penelitian Penelitian ini mendeskripsikan dengan jelas secara rinci mendapatkan data yang akurat dari fokus penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci untuk mengumpulkan data yang lebih rinci dan bisa dipertanggung jawabkan. 3.3 Kehadiran Peneliti Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti berinteraksi langsung baik dengan guru, anak maupun lingkungan sekitar, yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang lebih akurat dan bisa dipertanggung jawabkan. 3.4 Data Dan Sumber Data 3.4.1 Data Data diambil langsung dari lokasi penelitian, yaitu berupa jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap informasi di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. 3.4.2 Sumber Data Sumber data diperoleh langsung dari informan sekolah yaitu orang-orang yang terlibat langsug dalam sekolah seperti Kepala Sekolah, Guru, Anak di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo serta referensi- referensi lain yang dapat mendukung dalam penelitian ini. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. 3.5.1 Observasi Sebelum melakukan observasi, peneliti mempersiapkan pedoman observasi karena observasi merupakan tehnik pengumpulan data berdasarkan pengamatan yang di gunakan sebagai panduan untuk menilai, melihat dan mengamati langsung aktivitas guru dan anak. Observasi dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. 3.5.2 Wawancara Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara mewawancarai para guru yang berjumlah 3 orang dan orang tua berjumlah 1 orang guna mendapatkan data lengkap. Wawancara dilakukan dengan menggunakan format wawancara. Wawancara adalah instrumen penelitian untuk mengumpulkan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan oleh pewawancara kepada seorang informan, dan pertanyaan tersebut dijawab secara lisan (Wina Sanjaya, 2009:74). Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan penjelasan tentang masalah yang diteliti. 3.5.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berupa catatan peristiwa dalam bentuk karya hasil belajar siswa dan kegiatan guru, berupa photo dan gambar dalam studi dokumen diperoleh data mengenai masalah yang terjadi di lapangan. karena hasil penelitian secara langsung akan dipercaya apabila di dukung oleh poto atau karya belajar anak, daftar kegiatan mewarnai yang dilakukan oleh guru serta Rencana Pelaksanaan pembelajaran Harian (RPPH). 3.6 Analisis Data Proses analisis data dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi di TK Alam III Kecamatan Tilamuta kabupaten Boalemo. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana hasil penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan berdasarkan yang terjadi dilapangan dan data hasil analisis di buat juga dalam bentuk narasi secara deskriptif dalam mengembangkan masalah melalui penelitian. 3.7 Tahap-Tahap Penelitian a. Menentukan kelas untuk dijadikan subjek penelitian dan menetapkan waktu penelitian b. Mengadakan observasi c. Mendiskusikan dan menyusun pedoman observasi dan wawancara yang akan digunakan. d. merumuskan masalah yang akan di kaji dalam penelitian guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. e. Menyiapkan panduan wawancara yang akan di gunakan sebagai alat pengumpul utama data dan mengadakan wawancara dengan responden penelitian. f. Mengadakan verifikasi terhadap data yang terkumpul sebagai hasil dari wawancara. g. Mengadakan triangulasi untuk melakukan pengecekan keabsahan data sehingga memperkuat hasil analisis data. h. Mengadakan penelitian terhadap hal-hal yang cermat di lapangan. i. Membuat laporan hasil penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian kualitatif ini dilaksanakan pada anak kelompok B TK Alam III yang beralamat di Jalan Veteran Dusun 1 Desa Ayuhulalo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Sekolah ini didirikan pada tahun 2007 dan mulai beroperasi pada tahun 2007 oleh Pemerintah pada sebidang tanah seluas 7 x 12 Meter dan luas bangunan yakni 7 x 7 Meter. Sekolah ini terletak didaerah pedesaan yang berstatus sekolah swasta. Berdasarkan hasil penelitian, TK Alam III Kecamatan Tilamuta memiliki 4 orang guru termaksud kepala sekolah, yang terdiri dari 1 orang guru berstatus PNS dan 3 orang guru berstatus honorer. Dan rata-rata guru disekolah tersebut menyandang predikat sebagai guru kelas. Gedung TK Alam III terdiri dari 2 ruangan yaitu ruangan kelas dan ruangan dewan guru. Data siswa tahun ajaran 2015/2016 adalah berjumlah 20 orang yang terdiri dari laki-laki 11 orang dan perempuan 9 orang dengan 1 rombongan belajar. TK Alam III Kecamatan Tilamuta memiliki fasilitas lengkap, yang dapat menunjang proses belajar mengajar, seperti APE dalam terdiri dari permainan puzzle, balok, maze, alat meronce, alat mencocok, alat menjahit, mainan masak-masakan, dll. Sedangkan APE luar terdiri dari ayunan, lucuran, jungkitan, karosel/komedi putar, tangga majemuk, dll. Dalam upaya pengembangan pendidikan di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo ditetapkan Visi dan Misi sebagai berikut : Visi TK Alam III adalah menyiapkan generasi yang berakhlaqul kariman, mandiri, cerdas, dan kreatif. Sedangkan Misi TK Alam III adalah memberikan teladan yang baik kepada anak dan memotivasi anak untuk membiasakan kepercayaan diri dan memiliki tujuan yaitu guru membiasakan contoh dengan pembiasaan yang baik dan membiasakan anak selalu berusaha memecahkan masalah. Langkah awal yang peneliti lakukan adalah observasi, observasi ini berlangsung pada tanggal 03 - 06 Februari 2016, dimana peneliti mengamati guru kelas dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, hasil observasi dan dokumentasi terlampir. Setelah peneliti melakukan observasi langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah wawancara untuk memperoleh data yang menjadi objek penelitan, wawancara ini berlangsung pada tanggal 10 Februari 2016, 12 Februari 2016 dan 18 Februari 2016. Peneliti mewawancarai Kepala Sekolah, guru kelas dan orang tua. Berikut ini akan diuraikan deskripsi hasil observasi dan hasil wawancara di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. 4.1.2 Deskripsi Hasil Observasi Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo guna untuk melihat lebih jelas faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan motorik halus dengan mewarnai teknik gradasi pada anak di sekolah. Dari hasil observasi lebih lanjut dilakukan oleh peneliti tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan motorik halus dengan mewarnai teknik gradasi pada anak kelompok B di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo dimana faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus dengan mewarnai teknik gradasi yaitu faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri setiap individu. Diantaranya kemampuan anak untuk bereksplorasi dengan unsur-unsur warna dan membentuk kombinasi baru sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Diantaranya kebebasan anak dalam mewarnai gambar dan sarana atau fasilitas dalam mewarnai gambar. Sesuai dengan hasil pedoman observasi yang dilakukan dimana anak-anak yang berada di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo sudah berkembang. Terdapat 4 indikator dalam observasi, yaitu (a) bereksplorasi dengan unsur- unsur warna, anak yang sudah mampu berjumlah 16 orang, yang kurang mampu berjumlah 3 orang dan yang belum mampu berjumlah 1 orang, (b) membentuk kombinasi baru, anak yang sudah mampu berjumlah 16 orang, yang kurang mampu berjumlah 3 orang, dan yang belum mampu berjumlah 1 orang, (c) Kebebasan anak dalam mewarnai, anak yang sudah mampu berjumlah 17 orang, anak yang kurang mampu berjumlah 2 orang, dan yang belum mampu berjumlah 1 orang, (d) Indikator terakhir yaitu Sarana dan fasilitas dalam mewarnai gambar, anak sudah mampu berjumlah 19 orang, anak yang kurang mampu berjumlah 1 orang, dan anak yang belum mampu tidak ada. Hal ini sangat menonjol karena guru maupun orang tua menyediakan alat dan bahan pada saat mewarnai anaknya diberikan tugas. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak kelompok B di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa 4 orang anak yang mengalami kesulitan dalam mewarnai teknik gradasi dan masih memerlukan bimbingan dari guru dan orang tua. 4.1.3. Deskripsi Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi kelompok B di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, sesuai dengan hasil penelitian yang sudah di lakukan maka peneliti mewawancarai kepala sekolah dan guru yang ada dengan memiliki 8 butir pertanyaan. Adapun hasil wawancara terhadap kepala sekolah dan guru yang sudah di lakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 4.1.3.1 Faktor Internal a) Kemampuan Anak Untuk Bereksplorasi Dengan Unsur-Unsur Warna Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa apakah Ibu memberi kesempatan pada anak untuk berkreasi sendiri dalam kegiatan mewarnai teknik gradasi : "Berkreasi sendiri itu yang sangat kami harapkan kepada anak-anak". (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Setiap guru memberikan kesempatan pada anak untuk berkreasi sendiri agar anak akan menghasilkan karya sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi apabila ada orang tua yang datang untuk menunggu anaknya orang tua tersebut mengerjakan setiap tugas yang diberikan sehingga anak tidak bisa berkreasi sendiri dan hanya bergantung pada orang tuanya". (W.G.01) Hal senada juga ditambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Ya, Anak-anak diberikan kesempatan untuk berkreasi sendiri". (W.G.02) Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : "Ya, saya memberikan kesempatan kepada anakda untuk berkreasi sendiri". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap anak memiliki kreasi masing-masing dengan mewarnai teknik gradasi, apabila diberi kesempatan berkreasi sendiri untuk bereksplorasi dan mencari tahu apa yang di tugaskan oleh guru maka anak menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Akan tetapi sebaliknya apabila anak tidak diberikan kesempatan maka hal inilah yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa apabila anak diberikan tugas mewarnai apakah anak bisa bereksplorasi atau bermain warna-warna yang telah disediakan. "Tentu saja bisa bereksplorasi, kami akan terus membimbing anak didik untuk hal itu". (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Mampu, karena hal tersebut melatih anak untuk mengenal perubahan warna yang dicampurkan". (W.G.01) Hal senada juga ditambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Perbedaan sikap anak dapat membedakan kemampuan setiap anak, seperti bereksplorasi dengan warna, ada anak yang mampu bereksplorasi dan mengekspresikan dirinya dengan warna-warna yang disediakan dan adapula yang belum mampu". (W.G.02) Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : "Saya melihat ketika diberikan tugas, anakda sudah bisa bermain dengan warna yang disediakan". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang mampu bereksplorasi dengan warna-warna dapat melatih anak untuk mengenal macam-macam perubahan warna selain itu dapat merangsang motorik halus anak yaitu jari-jari tangannya sebagai persiapan untuk kejenjang pendidikan selanjutnya. b) Membentuk Kombinasi Baru Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa apakah hasil pewarnaan anak sudah mulai serasi dengan gambar. "Hasil pewarnaan anak sudah mulai serasi atau sesuai dengan gambar". (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda sehingga setiap hasil pewarnaan dengan teknik gradasi yang dihasilkan anak berbeda-beda yaitu ada anak yang mampu menyesuaikan dengan gambar dan adapula yang belum mampu dan masih memerlukan bimbingan". (W.G.01) Hal senada juga ditambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Anak-anak sudah dapat menyesuaikan warna dengan gambar akan tetapi hasil pewarnaan teknik gradasi belum semuanya yang kreatif". (W.G.02) Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : "Pewarnaan yang dilakukan sudah mulai serasi dengan gambar yang diberikan". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan di atas dapat disimpulkan bahwa anak sudah mampu menyesuaikan warna dengan gambar yang ada. Hal ini dapat terlihat pada saat diberikan tugas mewarnai gambar, keserasian dalam memadukan warna saat melakukan kegiatan mewarnai dapat membantu mereka mengenal perbedaan warna dan macam-macam perubahan warna. Kemampuan inilah yang akan membantu si kecil dalam berkreasi seiring dengan perkembangan usia mereka. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa apakah anak sudah mampu mengkombinasikan berbagai macam warna dengan menggunakan pensil warna : "Kemampuan anak dalam menggabungkan berbagai macam warna sudah maksimal". (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Belum mampu, Karena kebanyakan hasil pewarnaan gambar anak dalam mengkombinasikan macam-macam perubahan warna belum ada yang kreatif atau kurang baik". (W.G.01) Hal senada juga ditambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Terdapat beberapa anak yang sudah mampu mengkombinasikan macam-macam perubahan warna, sehingga anak dapat menghasilkan karya yang kreatif. Tetapi masih banyak juga yang belum mampu mengkombinasikan macam-macam perubahan warna yang ada karena ketertarikan anak terhadap warna-warna yang disediakan guru sehingga anak menghasilkan karya yang kurang baik. (W.G.02). Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : "Menurut saya sudah mampu, karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga ia mampu mengkombinasikan berbagai macam warna". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan diatas dapat disimpulkan bahwa anak- anak-anak sudah mampu mengkombinasikan macam-macam warna. Hal inilah yang dapat menghasilkan karya yang kreatif dan luar biasa. Dengan adanya latihan dan bimbingan oleh guru maupun orang tua dalam hal ini mengenalkan macam-macam warna dan cara menggabungkan warna pada saat mewarnai dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangannya. 4.1.3.2 Faktor Eksternal a) Kebebasan Anak Dalam Mewarnai Gambar Hasil wawancara bersama kepala sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa apakah pada saat kegiatan mewarnai teknik gradasi, Ibu mengatur anak dalam penggunaan warna primer: "Pada saat kegiatan berlangsung tentu saja guru masih mengontrol anak-anak dalam penggunaan warna seperti warna merah, biru, kuning". (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Pada saat anak mewarnai teknik gradasi guru mengawasi anak karena jangan sampai anak mencoret-coret dinding yang dapat mengotori dinding kelas". (W.G.01) Hal senada juga ditambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Sebelum mulai kegiatan belajar mengajar guru mengatur tempat duduk anak-anak, cara mewarnai gambar dengan teknik gradasi yang benar, agar anak bisa mengenal macam-macam warna". (W.G.02) Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : "Sebagai orang tua saya mengatur alat dan bahan sebelum mewarnai sehingga ketika berada disekolah anakda tidak merampas pensil warna temannya". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan diatas dapat disimpulkan bahwa kebebasan anak pada saat mewarnai teknik gradasi masih diawasi guru sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan ide-idenya kedalam suatu gambar. Hal ini akan mempengaruhi serta menghambat kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. Apabila anak diberi kesempatan untuk berkreasi sendiri, mengungkapkan perasaannya dalam mewarnai gambar maka hal itu dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi. Serta memperbaiki situasi dan kondisi dalam kelas agar lebih menarik perhatian anak pada saat belajar sehingga anak bisa tenang dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru. Hasil wawancara bersama kepala sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa apakah Ibu memberikan kebebasan kepada anak dengan mewarnai menggunakan teknik gradasi.: "Tentu saja guru memberikan kebebasan kepada anak". (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Ya, Guru memberikan kebebasan pada anak, sehingga anak bisa mengungkapkan ide-idenya. Tetapi apabila anak terlalu bebas dalam kelas guru akan kesulitan dalam menjelaskan kegiatan mewarnai teknik gradasi yang akan dipelajari. Guru mengawasi dan menegur anak yang tidak bisa diam pada saat proses belajar mengajar sementara berjalan". (W.G.01) Hal senada juga ditambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Guru memberikan kebebasan pada setiap anak, akan tetapi apabila anak tidak diawasi akan ribut didalam kelas sehingga suasana belajar tidak dapat dikendalikan guru karena anak sudah saling menganggu satu sama lain. Oleh karena itu guru sesekali mengawasi kegiatan belajar anak". (W.G.02) Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : "Saya sebagai orang tua memberikan kebebasan kepada anakda dalam melakukan kegiatan mewarnai". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan diatas dapat disimpulkan bahwa guru maupun orang tua memberikan kebebasan pada anak saat mewarnai teknik gradasi warna sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya karena merasa dirinya bebas dalam mengeluarkan ide-idenya pada saat mewarnai gambar. b) Sarana atau Fasilitas Dalam Mewarnai Gambar Hasil wawancara bersama kepala sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo bahwa apakah alat dan bahan mewarnai teknik gradasi tersedia: "Tentu saja alat dan bahan tersedia. (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Alat dan bahan yang disediakan belum mencukupi untuk semua anak sehingga semua anak tidak mendapat pensil warna sesuai dengan keinginan anak". (W.G.01) Hal senada juga ditambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Ya tersedia, akan tetapi tidak cukup untuk semua anak karena alat dan bahan untuk mewarnai teknik gradasi masih terbatas. (W.G.02) Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : " Ya, Tersedia". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan diatas dapat disimpulkan bahwa sarana atau alat dan bahan di sekolah sudah tersedia akan tetapi tidak semua anak dapat menggunakan alat dan bahan untuk mewarnai teknik gradasi sesuai dengan keinginan anak. Hasil wawancara bersama kepala sekolah TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo apakah Ibu menyediakan alat dan bahan sebelum mewarnai teknik gradasi: "Guru berusaha selalu menyediakan alat dan bahan yang di perlukan saat pembelajaran berlangsung setiap harinya". (W.KS.01) Ditambahkan pula oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Kita sebagai guru bertugas untuk menyediakan alat dan bahan sebelum melaksanakan proses belajar. Kegiatan mewarnai teknik gradasi akan sangat bermanfaat bagi kemampuan motorik halus anak untuk melatih anak mengenggam pensil sebagai persiapan untuk menulis. (W.G.01) Hal senada juga di tambahkan oleh salah satu pendidik menyatakan bahwa : "Ya, guru menyediakan alat dan bahan untuk mewarnai gambar teknik gradasi". (W.G.02) Ditambahkan pula oleh salah satu Orang Tua : "Sebelum melakukan kegiatan mewarnai saya menyediakan alat dan bahan yang diperlukan". (W.OT.01) Berdasarkan keterangan informan diatas dapat disimpulkan bahwa sarana atau fasilitas dalam mewarnai teknik gradasi, baik dari orang tua maupun guru sudah menyediakan untuk semua anak. Sehingga hal ini yang membuat kemampuan motorik halus anak dapat berkembang dalam mewarnai gambar karena sarana atau fasilitas sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam mewarnai teknik gradasi. 4.2 Pembahasan Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak dengan mewarnai teknik gradasi kelompok B di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, yang dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus dengan mewarnai teknik gradasi menurut Munandar (2009 : 291) yaitu faktor internal yang terdiri dari bereksplorasi dengan unsur-unsur dan membentuk kombinasi baru, sedangkan faktor eksternal terdiri dari kebebasan dan sarana atau fasilitas. a. Faktor Internal 1. Kemampuan Anak Untuk Bereksplorasi Dengan Unsur-Unsur Warna Dari hasil pengamatan awal di TK Alam III Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo diketahui bahwa kemampuan anak untuk bereksplorasi dengan unsur-unsur warna pada anak kelompok B sebagian anak belum mampu bereksplorasi dengan warna-warna. Faktor ini merupakan kegiatan untuk menunjukkan kem
Download berkas

ARSIP

2024
Skripsi tahun 2024
2023
Skripsi tahun 2023
2022
Skripsi tahun 2022
2021
Skripsi tahun 2021
2020
Skripsi tahun 2020
2019
Skripsi tahun 2019
2018
Skripsi tahun 2018
2017
Skripsi tahun 2017
2016
Skripsi tahun 2016
2015
Skripsi tahun 2015
2014
Skripsi tahun 2014
2013
Skripsi tahun 2013
2012
Skripsi tahun 2012
2011
Skripsi tahun 2011