Penulis / NIM
SYAHRUL GOBEL / 231405026
Program Studi
S1 - PENDIDIKAN SEJARAH
Pembimbing 1 / NIDN
Drs. DARWIN UNE, M.Pd / 0029115803
Pembimbing 2 / NIDN
YUSNI PAKAYA, S.Pd, M.Pd / 0005107304
Abstrak
ABSTRAK
Indonesia disamping dikenal sebagai bangsa yang kaya akan sumber daya alam juga dikenal akan beragam suku, adat, ras, agama dan budayanya. Ini merupakan warisan leluhur yang terus dipelihara sehingga menjadi ciri khas bangsa ini agar dikenal dimata dunia internasional. Begitu beragamnya suku, adat, ras, agama serta budaya bangsa ini sehingga menjadikan masing- masing daerah berbeda satu sama lain akan tetapi tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal tersebut khusus bidang budaya daerah Gorontalo Kecamatan Atinggola memiliki budaya ritual ziarah di Makam Jubalo Blongkod yang lambat laun tanahnya bertambah tinggi dan berubah menjadi gunung yang lebih dikenal dengan nama buido diti (gunung kecil) atau buido noalri (gunung yang terjadi secara tiba-tiba) yang kemudian pada tahun 1975 generasi Atinggola berikutnya menamakannya Gunung Keramat.
Kata Atinggola sebelum resmi di pakai sebagai nama negeri, memang melalui proses yang dibahas lewat perkumpulan yang dihadiri oleh petua-petua negeri sebagaimana rapat atau pertemuan, maka pertemuan itu pun menghasilkan suatu keputusan yang digali dari pokok-pokok adat dan nilai-nilai agama. Keluhuran adat dan agungnya agama Islam yang dijunjung tinggi oleh penduduk negeri Atinggola melahirkan pegangan kehidupan tertuju pada kebesaran maha pencipta yaitu Allah SWT. Itulah pegangan yang dalam bahasa resmi Otinongorla dan sekarang terkenal dengan Atinggola dalam artian Otinongolra yaitu Punya pegangan (Adat Bersendikan Agama dan Agama Bersandikan Kitabullah). Berpegang pada Adat Bersendikan Agama dan Agama Bersendikan Kitabullah sehingga terpilihnya Raja Blongkod sebagai seorang pemimpin yang arif dang bijaksana, dan sangat dikagumi oleh rakyatnya, sehingga sifat terpuji tersebut tercermin pada anak cucunya yaitu Jubalo Blongkod (lahir tahun 1740 dan meninggal tahun 1810) yang merupakan cikal bakal lahirnya Gunung keramat.
Ziarah di Gunung Keramat Desa Monggupo Kecamatan Atinggola sudah menjadi tradisi turun- temurun bagi masyarakat Atinggola, yang dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal (tepatnya hari raya ketupat). Gunung Keramat merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan sejarah nenek yang arif yakni Jubalo Blongkod.
Melihat peristiwa yang fenomenal di atas yakni gunung yang terjadi secara tiba-tiba, bagaimana persepsi mayarakat tentang ziarah, dan bagaimana proses dari ziarah itu sendiri serta apa tujuan masyarakat, sehingga melakukan ziarah di tempat tersebut secara turun temurun. Inilah yang menjadi alasan mengapa pentingnya dilakukan penelitian ini.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan memformulasikan judul sebagai berikut : Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Ziarah di Gunung Keramat Desa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara
Download berkas