Penulis / NIM
WIJI NUR NGALIYAH / 231411006
Program Studi
S1 - PENDIDIKAN SEJARAH
Pembimbing 1 / NIDN
Drs. JONI APRIYANTO, M.Hum / 0001046805
Pembimbing 2 / NIDN
SUTRISNO MOHAMAD, S.Pd., M.Pd / 0021017405
Abstrak
Wiji Nur Ngaliyah Nim 231 411 006 "Kuda Lumping" (Sejarah Kebudayaan) Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. 2011. Pembimbing I oleh Bapak Joni Apriyanto dan Pembimbing II oleh Bapak Sutrisno Mohamad, S.Pd, M.Pd
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Kuda Lumping. Secara umum mencakup Kuda Lumping di Desa Subaim, Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Kuda Lumping, Presepsi Masyarakat Terhadap Kuda Lumping Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuda lumping dan sejarah kebudayaan di Desa Subaim, Kec. Wasile, Kab. Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.
Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang berusaha menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau mengenai Sejarah Kebudayaan Kuda Lumping di Desa Subaim, Kec. Wasile, Kab. Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.
Kuda lumping merupakan kesenian tradisonal khas masyarakat Desa Subaim. Di mana kesenian tersebut menjadi tontonan favorit masyarakat sejak tahun 1983 bersamaan dengan datangnya masyarakat tramsmigrasi di Subaim. Kesenian kuda lumping memiliki keunikan tersendiri, karena melibatkan mahluk halus untuk meramalkan suasana, sekaligus menarik perhatian penonton. Kesenian Kuda Lumping merupakan salah satu aset budaya bangsa Indonesia yang didalamnya sarat akan filosofi hidup. Sesuai dengan perkembangan jaman, seni kuda lumping yang selalu ditampilkan untuk mendatangkan roh-roh itu berkembang menjadi kesenian yang ditampilkan hanya untuk menyongsong datangnya misalnya pemimpin (Camat, Bupati) sebagai tamu resmi yang dihormati. Meskipun demikian dalam penampilannya masih juga ditemukan pemain kuda lumping yang kesurupan, tetapi pada prinsipnya bukan lagi bertujuan untuk mendatangkan roh-roh halus. Fungsi pertunjukan mengalami perubahan sangat nyata. lebih banyak berfungsi sebagai pertunjukan yang diselenggarakan ketika berlangsung upacara tradisional, misalnya ketika berlangsung upacara bersih desa, kini lebih banyak berfungsi sebagai penyambutan tamu atau hiburan semata-mata.
Kata Kunci : Kuda Lumping, Budaya, Subaim
Download berkas