Penulis / NIM
FERTIS LAIMA / 311407018
Program Studi
S1 - PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Pembimbing 1 / NIDN
ZULKIPLI, S.Pd, M.Sn / 0026037702
Pembimbing 2 / NIDN
Dr. HERSON KADIR, S.Pd,M.Pd / 0003118101
Abstrak
ABSTRAK
Laima, Fertis. 2013. Kejiwaan Tokoh dalam Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Budaya. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I. Zulkipli Lubis, S.Pd, M.Sn, dan Pembimbing II. Herson Kadir, S.Pd, M.Pd.
Penelitian ini terdapat dua permasalahan, yaitu (1) Bagaimana kejiwaan tokoh utama dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya?, dan (2) Bagaimana kejiwaan tokoh bawahan dalan naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya? Tujuannya, adalah, mendeskripsikan Bagaimana kejiwaan tokoh utama dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya?, dan (2) Bagaimana kejiwaan tokoh bawahan dalan naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya?
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kejiwaan tokoh utama dan tokoh bawahan dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah naskah drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya Jakarta tahun 1971. Teknik pengumpulan data yakni, menggunakan teknik kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan cara menganalisis kejiwaan tokoh utama dan tokoh bawahan yang diperoleh melalui kalimat-kalimat atau paragraf yang terdapat dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa secara psikologi, tokoh utama dan tokoh bawahan dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya yang dianalisis dengan menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud. Kejiwaan tokoh utama dan tokoh bawahan memiliki id, ego, dan super ego. Tokoh utama adalah Gusti biang. Id pada kejiwaan Gusti Biang adalah keinginanya untuk menikahkan anaknya dengan wanita yang sederajat dengan keluarganya, ego yang dimiliki oleh Gusti Biang yaitu, ia tetap pada keputusannya, sedangkan super ego pada kejiwaan Gusti Biang adalah ia menyadari bahwa kesalahannya kepada orang lain. Kejiwaan tokoh bawahan adalah (1) tokoh Nyoman memiliki id yaitu, keinginanya untuk menjaga dan merawat Gusti Biang, ego pada kejiwaan Nyoman adalah tangisan dan tekanan batin yang ia rasakan, sedangkan super ego yang dimiliki oleh Nyoman yaitu kesabarannya untuk menjaga Gusti Biang. (2) tokoh Wayan memiliki id yaitu agar Gusti Biang bisa berubah menjadi orang yang lebih baik, ego pada tokoh Wayan yaitu kekecewan, sakit hati, dan sedih dengan tingkah laku Gusti Biang, sedangkan super ego pada kejiwaan Wayan adalah ia selalu membela sesuatu yang menurutnya itu baik. (3) tokoh Ngurah memiliki id yaitu keinginannya untuk menikahi wanita yang dicintainya, ego pada kejiwaan tokoh Ngurah adalah perasaan dan hasratnya untuk menikah dengan Nyoman, super ego yang dimiliki tokoh Ngurah yaitu, hati nuraninya sangat kuat untuk menikahi Nyoman.
Download berkas