SKRIPSI

Penulis / NIM
ULIN HARUN / 311409047
Program Studi
S1 - PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Pembimbing 1 / NIDN
Dr. ASNA NTELU, M.Hum / 0009106211
Pembimbing 2 / NIDN
ULFA ZAKARIA, S.Pd, M.Hum / 0023098103
Abstrak

ABSTRAKUlin Harun. Nim 311409047. Gejala zeroisasi dan anaptiksis dalam tuturan bahasa Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela, skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Asna Ntelu, M.Hum, dan pembimbing II Ulfa Zakaria, S.Pd, M.Hum.Zeroisasi adalah gejala penghilangan atau penanggalan fonem baik awal, tengah, maupun di akhir kata atau yang disebut dengan istilah aferesis, sinkope, dan apokope. Sedangkan anaptiksis adalah gejala penambahan fonem baik di awal, tengah, maupun akhir kata atau yang disebut dengan istilah protesis, epentesis, dan paragog.Permasalahan dalam penelitian ini yakni: a) bentuk dan makna yang muncul akibat gejala zeroisasi dalam tuturan bahasa Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela, b) bentuk dan makna yang muncul akibat gejala anaptiksis dalam tuturan bahasa Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela, c) gejala zeroisasi dan anaptiksis dalam tuturan bahasa Gorontalo di lingkungan masyarakat desa Tabumela.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik analisis data yang dilakukan melalui tahap-tahap analisis data yakni: 1) melakukan transkripsi data, 2) mengidentifikasi kata-kata serta mengklasifikasikan data berdasarkan kedua gejala bahasa tersebut, 3) menganalisis atau menginterpretasi data serta mendeskripsikan data berdasarkan zeroisasi dan anaptiksis. Data yang terkumpul ini diusahakan terwujud dalam konsep penelitian yang benar-benar meyakinkan. 4) menyimpulkan hasil penelitian yakni langkah terakhir dalam teknik analisis data tersebut.Hasil penelitian dijabarkan pada potongan kalimat sebagai berikut: wanu dila paracaya, matihilamu (kalau lidah percaya, terserah kau). Dari potongan data tersebut bahwa kata diila yang bermakna tidak telah mengalami zeroisasi pada tengah kata. Seharusnya konteks kalimatnya, yaitu wanu diila paracaya, matihilamu (kalau tidak percaya, terserah kau). Pada setiap data tidak hanya mengalami zeroisasi, tetapi juga anaptiksis. Hal ini dapat dilihat pada potongan kalimat sebagai berikut: wawu olo mona’o loombu (dan juga mau pergi besok). Dari potongan data tersebut bahwa kata wau yang bermakna saya telah mengalami anaptiksis pada tengah kata menjadi wawu bermakna dan. Seharusnya konteks kalimatnya yaitu wa’u olo mona’o loombu (saya juga mau pergi besok). Berdasarkan data hasil penelitian disimpulkan bahwa tuturan bahasa Gorontalo yang dilakukan secara terburu-buru, khususnya di lingkungan masyarakat desa Tabumela, menyebabkan adanya gejala zeroisasi dan anaptiksis sehingga dapat membedakan bentuk dan maknanya.Kata kunci: Zeroisasi, Anaptiksis, Tuturan bahasa Gorontalo, Lingkungan Masyarakat.

Download berkas

ARSIP

2024
Skripsi tahun 2024
2023
Skripsi tahun 2023
2022
Skripsi tahun 2022
2021
Skripsi tahun 2021
2020
Skripsi tahun 2020
2019
Skripsi tahun 2019
2018
Skripsi tahun 2018
2017
Skripsi tahun 2017
2016
Skripsi tahun 2016
2015
Skripsi tahun 2015
2014
Skripsi tahun 2014
2013
Skripsi tahun 2013
2012
Skripsi tahun 2012
2011
Skripsi tahun 2011