Penulis / NIM
MIRANTHY R. MUDA / 311411031
Program Studi
S1 - PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Pembimbing 1 / NIDN
Prof. Dr. SAYAMA MALABAR, M.Pd / 0029076008
Pembimbing 2 / NIDN
Dr. SANCE LAMUSU, M.Hum / 0030086305
Abstrak
ABSTRAK
Miranthy R. Muda. 2018. Potret Tokoh Perempuan Jawa Pada Masa Kolonial Belanda Dalam Novel Gadis Tangsi Karya Suparto Brata (Suatu Pendekatan Postkolonial). Program studi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1: Prof. Dr. Hj. Sayama Malabar, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Sance A. Lamusu, M,Hum.
Objek dalam penelitian ini adalah potret tokoh perempuan Jawa pada masa kolonial Belanda dalam novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah; (1) Bagaimanakah potret kehidupan perempuan Jawa di bawah kekuasaan petinggi-petinggi kolonial Belanda dalam novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata?, (2) Bagaimanakah bentuk usaha pemberontakan perempuan Jawa dalam novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potret perempuan Jawa di bawah kekuasaan petinggi-petinggi kolonial Belanda dalam novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata dan mendeskripsikan bentuk usaha pemberontakan perempuan pada masa kolonial Belanda dalam novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif secara harfiah adalah metode yang menggambarkan sebuah peristiwa, benda, dan keadaan yang sejelas-jelasnya tanpa mempengaruhi objek yang diteliti. Data yang dikumpul melalui tekhnik mencatat dan dokumentasi, yakni mengutip data yang terdapat dalam novel Gadis Tangsi yang menggambarkan potret tokoh perempuan Jawa pada masa kolonial Belanda dalam novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata. Teknik analisis data yakni (1) mengklasifikasi, (2) mendeskripsikan, (3) menganalisis, (4) menyimpulkan.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian berikut: (1) citra perempuan Tangsi sangat diremehkan oleh laki-laki terutama petinggi-petinggi kolonial Belanda. Selain itu perempuan hanya dijadikan babu untuk mengurusi rumah tangga namun seringkali dijadikan teman tidur bahkan hingga melahirkan bayi-bayi dan dalam tradisi Jawa kebiasaan mengambil perempuan sebagai selir (munci) mengawini perempuan Jawa tanpa syarat yang sah. (2) bentuk usaha kerja keras seperti belajar berbicara berbahasa keraton dengan baik, mempelajari kata-kata keraton, memperbaiki cara berhadapan dengan raja keraton dan berlatih menjadi seperti perempuan bangsawan sehingga menjadi seorang perempuan Jawa yang layak dihormati seperti kaum perempuan lainnya.
Kata-kata Kunci: potret, perempuan Jawa, tokoh, novel, postkolonial
Download berkas