Penulis / NIM
TALIB AHMAD / 511308027
Program Studi
D3 - TEKNIK SIPIL
Pembimbing 1 / NIDN
Ir. H. BARRY YUSUF LABDUL, M.T. / 0023096502
Pembimbing 2 / NIDN
Dr. INDRIATI MARTHA PATUTI, S.T., M.Eng. / 0013036904
Abstrak
INTISARI
Problematika yang sering terjadi dari gagalnya struktur bendung yaitu terjadinya rembesan pada tubuh bendung. Rembesan disebabkan oleh kenaikkan permukaan air, sehingga rembesan air ini akan membentuk pola aliran air dan menyebabkan erosi pada dasar bendung. Besarnya rembesan air yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kemampuan jenis tanah pada dasar bendung untuk melewatkan air (sifat permeabilitas tanah). Untuk itu perlunya diadakan peninjauan kembali terhadap rembesan yang terjadi pada bendung tersebut.
Lokasi penelitian dilakukan pada Bendung Alopohu. Data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, yaitu data dua titik borring yang dilakukan di abutment kiri dan abutment kanan bendung. Selanjutnya data tersebut di analisis untuk mendapatkan nilai koefisien permeabilitasnya dan kemudian dihitung nilai rembesan menggunakan metode flownet. Prinsip penggambaran jaring arus, yaitu antara garis aliran dan garis ekipotensial berpotongan tegak lurus dan membentuk bujur sangkar. Pada kondisi tanah berlapis nilai koefisien permeabilitas harus dihitung arah horisontal dan arah vertikal kemudian dihitung rembesannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat rembesan terbesar terjadi pada saat muka air banjir bagian abutment kanan, yaitu sebesar 3,22 x10-5 mm3/detik, dan pada abutment kanan saat muka air normal yaitu sebesar 2,97 x 10-5 mm3/detik. Tingkat terkecil terjadi pada saat muka air normal, pada abutment kiri yaitu sebesar 3,28 x 10-7 mm3/detik, dan abutment kiri sebesar 3,54 x 10-7 mm3/detik. Untuk menjaga kestabilan bendung dari bahaya rembesan, hendaknya pondasi bendung harus menggunakan pondasi tiang pancang sehingga akan memperpanjang jalur aliran.
Kata Kunci: debit rembesan, jaring arus, koefisien permeabilitas.
Download berkas