Penulis / NIM
MELLYANA DUKALANG / 702518001
Program Studi
S2 - KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pembimbing 1 / NIDN
Dr FITRYANE LIHAWA, M.Si / 0009126902
Pembimbing 2 / NIDN
Dr. MARIKE MAHMUD, S.T., M.Si / 0007086905
Abstrak
ABSTRAK
Potensi kekeringan meteorologi yang diprakirakan menggunakan Indeks Curah Hujan Standar bisa digunakan untuk memprediksi kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Gorontalo. Tujuan dari ini Penelitian ini adalah untuk mensintesis hubungan curah hujan dan tingkat kekeringan dengan kejadian titik panas, pemetaan kekeringan meteorologi dalam periode bulanan dan tingkat kekeringan metode Indeks Presipitasi Standar (SPI) dan sebaran kejadian titik panas di Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Gorontalo dengan menggunakan metode SPI untuk menganalisis tingkat kekeringan di suatu wilayah. Data yang digunakan dalam pengolahan adalah curah hujan bulanan pada periode 2015 - 2019 dan data titik panas di Provinsi Gorontalo, kemudian dibuat peta titik panas dan sebaran curah hujan dengan menggunakan pemetaan perangkat lunak. Hasil penelitian menunjukkan periode kekeringan meteorologi di Provinsi Gorontalo terjadi hampir setiap tahun dengan periode terendah (sangat kering) terjadi pada bulan Oktober 2018 dengan nilai dari SPI -2.0. Korelsi antara nilai SPI dengan jumlah titik panas (hotspot) yang menunjukan periode kering terlihat pada tahun 2015, 2016,2017, 2018 dan 2019. Nilai koefisien hubungan nilai SPI dengan titik panas selama periode 2015 " 2019 pada menunjukan nilai tertinggi sebesar 0,93 yang artinya variabel nilai SPI yang menunjukan tingkat kekeringan mempunyai pengaruh sebesar 53% terhadap variabel jumlah titik panas (hotspot), sedangkan sisanya 47% disebabkan oleh faktor lain seperti aktivitas manusia di sekitar wilayah tersebut, dengan tingkat kepercayaan hubungan Indeks Presipitasi Terstandarisasi dan titik panas sebesar 77.5% dari semua titik pengamatan. Kesimpulannya, pertama, sepanjang 2015 " 2019 curah hujan yang lebih sedikit dan nilai SPI yang rendah akan diikuti dengan meningkatnya kejadian kebakaran hutan dan lahan ditandai dengan angka yang tinggi pada kejadian titik panas, yang kedua yaitu tingkat kekeringan meteorologi terendah di tahun 2015 dengan curah hujan tercatat 99 Mm/Thn yang terjadi di Wilayah Dulupi di ikuti dengan kerapatan kejadian titik panas di selang waktu 2015-2019.
Kata Kunci : Kekeringan Meteorologis, SPI, Kebakaran hutan dan lahan
Download berkas