Penulis / NIM
IIN ANGGRIANI PADJI / 821414110
Program Studi
S1 - FARMASI
Pembimbing 1 / NIDN
Dr. WIDYSUSANTI ABDULKADIR, S.Si, M.Si.Apt / 0017127106
Pembimbing 2 / NIDN
Dr. TETI SUTRIYATI TULOLI, S.Farm. M.Si. Apt / 0020028004
Abstrak
Iin Anggriani Padji, 821414110. 2018. Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSIA Sitti Khadidjah Gorontalo Tahun 2017. Skripsi, Pembimbing I Dr. Widy Susanti Abdulkadir, M.Si, Apt. dan Pembimbing II Dr. Teti S Tuloli, S.Farm, M.Si, Apt. Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang dapat disebabkan oleh masalah kesehatan dan sanitasi yang buruk. Pengobatan demam tifoid membutuhkan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan pada beberapa kasus yang tidak tepat guna, menyebabkan masalah kekebalan antibiotik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan antibiotik pada pasien anak penderita demam tifoid di instalasi rawat inap RSIA Sitti Khadidjah Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional bersifat retrospektif yang diambil dari data sekunder rekam medik bulan April-Desember 2017, dengan sampel sebanyak 61 pasien. Data dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin anak laki-laki sebanyak 35 (57%) pasien, anak perempuan sebanyak 26 (43%) pasien, dengan kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 34 (56%) pasien, umur 6-9 tahun sebanyak 21 (34%) pasien,umur 10-12 tahun 6 (10%) pasien. Antibiotik yang paling sering digunakan yaitu seftriakson sebesar (77%), sefiksim sebesar (13%), sefotaksim sebesar (8%), tiamfenikol 2%. Untuk pasien yang menggunakan seftriakson dan sefotaksim mendapatkan terapi lanjutan berupa antibiotik oral, seperti sefiksim. Dosis antibiotik sesuai standar dosis terapi sebesar (90%) dan yang tidak sesuai standar dosis terapi sebesar (10%). Waktu pemberian antibiotik sesuai standar sebesar (100%). Cara pemberian antibiotik dengan kategori injeksi sebesar (87%), dan secara oral sebesar (13%). Lama pemberian antibiotik yang sesuai pedoman adalah (72%) dan yang tidak sesuai sebesar (28%).
Download berkas