Penulis / NIM
SUTRISNA NINGSI ARSYAD / 821415118
Program Studi
S1 - FARMASI
Pembimbing 1 / NIDN
Dr. WIDYSUSANTI ABDULKADIR, S.Si, M.Si.Apt / 0017127106
Pembimbing 2 / NIDN
Dr. TETI SUTRIYATI TULOLI, S.Farm. M.Si. Apt / 0020028004
Abstrak
Sutrisna Ningsi Arsyad, 2020. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Melitus dan Penyakit Penyerta Di Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bonebolango Periode Januari-Juli Tahun 2019. Program Studi S1 Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Dr. Widy Susanti Abdul Kadir, S.Si., M.Si., Apt dan Pembimbing 2 Dr. Teti Sutriyati Tuloli, S.Farm., M.Si,. Apt.
Diabetes Melitus merupakan salah satu kelompok gangguan metabolik dengan ciri hiperglikemia, yang dihubungkan dengan suatu ketidaknormalan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes melitus dihasilkan dari kerusakan pada sekresi insulin, sensitifitas insulin ataupun keduanya dan menghasilkan komplikasi kronik termasuk gangguan mikrovaskular, makrovaskular dan neuropatik. Penatalaksanaan terapi obat DM memerlukan jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dapat menimbulkan Drug Related Problems (DRPs). DRPs sering terjadi sehingga menyebabkan pengobatan kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan persentase DRPs berdasarkan pemberian obat antidiabetes pada pasien diabetes melitus dan penyakit penyerta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif secara retrospektif. Teknik pengambilan data berupa Purposive Sampling dan didapatkan 21 sampel yang sesuai kriteria inklusi penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa golongan obat antidiabetik adalah biguanida (metformin), sulfonilurea (glimepirid, gliclazid, gliquidon, dan glibenklamid), inhibitor �±-glukosidase (acarbose, miglitol), tiazolidindion (rosiglitazone, troglitazone, pioglitazone), meglitinida (repaglinide), dan turunan fenilalanin (nateglinide), serta insulin dan berdasarkan identifikasi potensi DRPs dengan kategori secara berturut-turut yaitu tepat obat (obat tanpa indikasi 13.64%, indikasi tanpa obat 18.18%, pemilihan obat tidak tepat 9.09%), kategori tepat dosis (dosis terlalu tinggi 13.64% dan dosis terlalu rendah 0%.) dan kategori interaksi obat 45.45%. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama dan kolaborasi yang tepat antara dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan pengobatan pada pasien, sehingga didapatkan terapi yang tepat, efektif, dan aman.
Kata Kunci : DM, DRPs, RSUD Toto Kabila
Download berkas